E-LIBRARY
oleh Riah W
Akrabkah anda dengan istilah semacam e-commerce, e-banking, e-learning, e-government, e-mail dan sebagainya? Huruf “e” disini mengacu pada kata “electronic”. Bagaimana dengan e-library, e-books, e-journal, e-bibliografi (OPAC) sama populerkah? kemunculan internet merupakan salah satu sarana yang sangat membantu para akademisi. Bagaimana tidak? Beraneka ragam referensi, jurnal, maupun hasil penelitian yang dipublikasikan melalui internet tersedia dalam jumlah yang berlimpah. Kamu-kamu sebagai mahasiswa tidak lagi perlu mengaduk-aduk buku di perpustakaan sebagai bahan untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Cukup dengan memanfaatkan search engine, materi-materi yang relevan dapat segera ditemukan.
Selain menghemat tenaga dalam mencarinya, materi-materi yang dapat ditemui di internet cenderung lebih up-to-date. Buku-buku teks konvensional memiliki rentang waktu antara proses penulisan, penerbitan, sampai ke tahap pemasaran. Kalau ada perbaikan maupun tambahan, itu akan dimuat dalam edisi cetak ulangnya, dan itu jelas membutuhkan waktu. Kendala ini nyaris tidak ditemui dalam publikasi materi ilmiah di internet mengingat meng-upload sebuah halaman web tidaklah sesulit menerbitkan sebuah buku. Akibatnya, materi ilmiah yang diterbitkan melalui internet cenderung lebih aktual dibandingkan yang diterbitkan dalam bentuk buku konvensional.
Untuk menuju perpustakaan elektronik (e-library) atau digital library, maka produk-produk perpustakaan harus dilayankan secara elektronik. Berdasarkan Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, menyebutkan :
”Perpustakaan digital (Inggris: digital library atau electronic library atau virtual library) adalah perpustakaan yang mempunyai koleksi buku sebagian besar dalam bentuk format digital dan yang bisa diakses dengan komputer. Jenis perpustakaan ini berbeda dengan jenis perpustakaan konvensional yang berupa kumpulan buku tercetak, film mikro (microform dan microfiche), ataupun kumpulan kaset audio, video, dll. Isi dari perpustakaan digital berada dalam suatu komputer server yang bisa ditempatkan secara lokal, maupun di lokasi yang jauh, namun dapat diakses dengan cepat dan mudah lewat jaringan komputer.” [1]
Menurut Glossary yang dikeluarkan oleh African Digital Library, yang dimaksud dengan koleksi digital adalah:
“This is an electronic Internet based collection of information that is normally found in hard copy, but converted to a computer compatible format. Digital books seemed somewhat slow to gain popularity, possible because of the quality of many computer screens and the relatively short ‘life’ of the Internet.” [2]
Sedangkan menurut Donald J. Waters mendefinisikan perpustakaan digital adalah :
“Digital libraries are organizations that provide the resources, including the specialized staff, to select, structure, offer intellectual access to, interpret, distribute, preserve the integrity of, and ensure the persistence over time of collections of digital works so that they are readily and economically available for use by a defined community or set of communities.” [3]
Singkatnya koleksi digital sebenarnya dapat dipahami sebagai koleksi informasi dalam bentuk elektronik atau digital yang mungkin terdapat juga dalam koleksi cetak, yang dapat diakses secara luas menggunakan media komputer dan sejenisnya. Koleksi digital disini dapat bermacam-macam, dapat berupa buku elektronik, jurnal elektronik, database online, statistic elektronik, dan lain sebagainya.
Setiap perguruan tinggi harus menyadari bahwa digitalisasi di perpustakaan adalah untuk meningkatkan kualitas jasa, bukan sebagai penambahan jumlah atau pembaharuan (modernisasi) peralatan saja. Dalam hal ini perpustakaan digital dapat diukur berdasarkan 10 butir penilaian kualitas jasa, yaitu :[4]
1. Kinerja umum (performance)
Memenuhi persyaratan dasar dalam penggunaan teknologi digital
2. Keselarasan (conformance)
Memakai standar lokal, nasional, maupun internasional dalam hal pengiriman dan pertukaran informasi
3. Kekhususan (features)
Memberikan kemudahan yang tidak ada di perpustakaan biasa dalam bentuk fitur atau jasa khusus
4. Kehandalan (reliability)
Menjamin keajegan dalam penyediaan informasi
5. Kesinambungan (durability)
Bukan merupakan ”proyek sesaat”
6. Keterbaruan (currency)
Informasi selalu diperbarui
7. Kemudahan jasa (servive ability)
Mudah digunakan, termasuk bagi mereka yang baru pertama kali menggunakan.
8. Keindahan penampilan (aesthetics and image)
Memenuhi selera pengguna demi kenyamanan penggunaan
9. Kesepakatan kualitas (perceived quality)
Merupakan kesepakatan antar pemakai, bukan pandangan individual
10. Kebergunaan (usability)
Merupakan ukuran paling penting di semua jenis jasa. Nilai ditentukan oleh pengguna sesuai persepsi subyektif berdasarkan pengalaman mereka dalam hal.:
a. Efektivitas sistem
Seberapa jauh perpustakaan digital mampu secara tepat memberikan solusi informasi bagi pengguna. Termasuk di sini adalah relevansi informasi itu bagi pengguna.
b. Efisiensi sistem
Yaitu kemampuan sistem menghemat waktu dan upaya pengguna dalam mendapatkan informasi dari berbagai sumber, tidak hanya dari lingkungan lokal.
c. Kepuasan
Yaitu ukuran subyektif tentang kemudahan pemakaian, tampilan, struktur informasi, kandungan, keluasan jaringan (seberapa banyak sumber yang bisa dihubungi)
d. Kemudahan integrasi
Seberapa jauh perpustakaan digital dan jasanya dapat dengan mudah dijadikan bagian dari kegiatan utama pengguna di universitas (belajar, mengajar, penelitian)
Membangun koleksi digital juga dapat dilakukan dengan cara melakukan pengadaan koleksi melalui penyedia koleksi digital atau database digital baik membeli atau berlangganan. Adapun ragam koleksi digital adalah :
1. E-Journal
Menurut Glossary yang dikeluarkan oleh African Digital Library, yang dimaksud dengan e-journal adalah :
“An article or complete journal available fully electronically via a web-site on the Internet. It could be available free or as part of a paid for service. This trend is older and more established than the trend of providing e-book content via the Internet.” [5]
Artikel-artikel untuk jurnal ilmiah merupakan pengetahuan primer, berbeda dengan buku pelajaran yang merupakan pengetahuan sekunder. Pengetahuan primer baru akan ada apabila ada penelitian baru, jadi suatu penerbit tidak dapat begitu saja menerbitkan jurnal ilmiah dan mencari artikel untuk jurnalnya. Apabila tidak ada yang meneliti maka tidak ada jurnal yang perlu diterbitkan. Situasi ini sama sekali terbalik dengan penerbitan majalah.Penelitian memerlukan dana yang tidak sedikit, dengan dermikian tidak heran bahwa kualitas ilmiah suatu negara tergantung dari alokasi dana penelitian yang dialokasikan oleh pemerintahnya. Amerika Serikat dan negara-negara Eropa secara tradisional mempunyain anggaran besar untuk penelitian, sehingga negera-negara itu menjadi sumber utama-artikel ilmiah. Sumber lain untuk penelitian adalah yayasan-yayasan yang dibentuk oleh para milyarder di negara-negara maju.
Saat ini banyak perpustakaan perguruan tinggi berlangganan database online yang berisi berbagai macam jurnal elektronik maupun artikel elektronik. Melalui database online ini perpustakaan mampu menyediakan koleksi digital yang dapat diakses oleh pengguna perpustakaan dalam wilayah area tertentu. Ebscohost dan Proquest adalah dua contoh database yang saat ini cukup laris dan menjadi primadona bagi perpustakaan perguruan tinggi yang ingin menyediakan koleksi digital. Untuk membangun sistem perpustakaan digital, ada banyak aplikasi yang bisa digunakan, baik yang komersial maupun yang Open Source.
Akses e-journal di Indonesia masih menemui berbagai kendala, diantaranya seperti yang diungkap oleh Budi Rahardjo, yaitu :[6]
1. Kurangnya penguasaan bahasa Inggris.
Kita sadari bahwa tidak semua orang Indonesia akan belajar bahasa Inggris, tetapi sebagian besar informasi di Internet tersedia dalam bahasa Inggris. Maka penguasaan bahasa Inggris menjadi salah satu keunggulan (advantage).
2. Kurangnya sumber informasi dalam bahasa Indonesia.
Untuk itu sumber informasi dalam bahasa Indonesia harus tersedia. Saat ini belum banyak sumber informasi pendidikan yang tersedia dalam bahasa Indonesia.
2. Katalog Online (OPAC)
Berdasarkan Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia,
menyebutkan :
“An Online Public Access Catalog (often abbreviated as OPAC or simply Library Catalog) is an online database of materials held by a library or group of libraries. Users typically search a library catalog to locate books, periodicals, audio/visual materials or other items under control of a library.[7]
OPAC merupakan database online berupa bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan, di mana pengguna bisa melakukan pencarian bahan pustaka yang dimaksud untuk mengetahui lokasi maupun status bahan pustaka tersebut. Tujuan utama dari katalog terkomputerisasi adalah membuat suatu sistem pengkatalogan yang sesuai dengan pemanfaatannya.. Sumber-sumber pembuatan katalog online (terkomputerisasi) didapatkan dari:
a. Katalog manual lokal yang berbentuk lembaran atau kartu tercetak;
File yang telah dibuat oleh kataloger, baik telah berformat MARC maupun belum;
b. Penggabungan (integrasi) file database katalog antar perpustakaan;
c. Membeli katalog komersial berformat MARC.
Hasil katalog terkomputerisasi ini dapat diakses melalui Online Public Access Catalogue (OPAC) atau situs web.
3. E-books
Berdasarkan Wikipedia, the free encyclopedia menyebutkan bahwa e-book adalah:
“An e-book (short for electronic book, also written eBook or ebook) is an e-text that forms the digital media equivalent of a conventional printed book, often protected with a digital rights management system. E-books are usually read on personal computers or smart phones, or on dedicated hardware devices known as e-book readers or e-book devices. Many mobile phones can also be used to read e-books.”[8]
Buku-e (singkatan dari buku elektronik) atau buku digital adalah versi elektronik dari buku. Jika buku pada umumnya terdiri dari kumpulan kertas yang dapat berisikan teks atau gambar, maka buku-e berisikan informasi digital yang juga dapat berwujud teks atau gambar. Dewasa ini buku-e diminati karena ukurannya yang kecil bila dibandingkan dengan buku, dan juga umumnya memiliki fitur pencarian, sehingga kata-kata dalam buku-e dapat dengan cepat dicari dan ditemukan. Terdapat berbagai format buku-e yang populer, antara lain adalah teks polos, pdf, jpeg, lit dan html. Masing-masing format memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan juga bergantung dari alat yang digunakan untuk membaca buku-e tersebut.
a) Teks polos : Teks polos adalah format paling sederhana yang dapat dilihat hampir dalam setiap piranti lunak menggunakan komputer personal. Untuk beberapa devais mobil format dapat dibaca menggunakan piranti lunak yang harus lebih dahulu diinstal.
b) Pdf : Format pdf memberikan kelebihan dalam hal format yang siap untuk dicetak. Bentuknya mirip dengan bentuk buku sebenarnya. Selain itu terdapat pula fitur pencarian, daftar isi, memuat gambar, pranala luar dan juga multimedia.
c) JPEG : Seperti halnya format gambar lainnya, format JPEG memliki ukuran yang besar dibandingkan informasi teks yang dikandungnya, oleh karena itu format ini umumnya populer bukan untuk buku-e yang memilki banyak teks akan tetapi untuk jenis buku komik atau manga yang proporsinya lebih didominasi oleh gambar.
d) LIT : Format LIT merupakan format dari Microsoft Reader yang memungkinkan teks dalam buku-e disesuaikan dengan lebar layar divais mobil yang digunakan untuk mebacanya. Format ini memiliki kelebihan bentuk huruf yang nyaman untuk dibaca.
e) HTML : Dalam format HTML ini gambar dan teks dapat diakomodasi. Layout tulisan dan gambar dapat diatur, akan tetapi hasil dalam layar kadang tidak sesuai apabila dicetak.
Dalam menyebarkan informasi digital, maka perlu suatu media yaitu internet. Ada beberapa pengertian internet, diantaranya adalah :
Smith menyatakan bahwa internet adalah:
“The internet is just an international network of computer linked together. Once you’re hooked up and plugged in you can rocket around computers across the world, drop into discussion groups, read bulletin boards, share ideas, photos, videos, articles, news and games.” [9]
(Internet hanyalah jaringan computer internasional yang dihubungkan bersama. Sekali anda tersambung, anda dapat dengan singkat terhubung ke seluruh dunia, terlibat dalam kelompok diskusi, membaca buletin, berbagi ide, photo, artikel, berita dan permainan)
Supriyanto mengatakan bahwa :
”Internet adalah sebuah jaringan komputer global yang terdiri dari jutaan komputer yang saling terhubung dengan menggunakan protokol yang sama untuk berbagi informasi secara bersama. Jadi internet merupakan kumpulan atau penggabungan jaringan komputer lokal atau LAN menjadi jaringan komputer global atan WAN.” [10]
Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa internet merupakan hubungan antara jaringan komputer besar maupun kecil yang ada di seluruh dunia dengan menggunakan jaringan komunikasi jarak jauh yang ada. Dari hubungan itulah manusia dapat saling berkomunikasi dengan cepat, mendapatkan informasi yang dibutuhkan sebagai sumber pengetahuan yang berharga, meskipun berada di belahan bumi yang berbeda. Perlu digaris bawahi bahwa internet tidak sama dengan web. Web atau lengkapnya WWW (World Wide Web) adalah sebuah koleksi keterhubungan dokumen-dokumen multimedia yang disimpan di internet dan diakses menggunakan protokol (HTTP). Munculnya internet membawa dampak pada perpustakaan sebagai ancaman, bahkan bisa menggeser kedudukan perpustakaan. Menurut Allen and Retzlaff mengatakan bahwa :
“Libraries are threatened because, in social terms, the internet might seem to render them less relevant. At the same time, the technologies of information brought to life in the internet make libraries so much more extensive that their relevance has never seemed more obvious.” [11]
Keberadaan internet akan menggeser perpustakaan karena internet akan lebih memberi kemudahan kepada pengguna daripada harus masuk ke perpustakaan yang pasti akan dihadapkan dengan segala peraturan dan birokrasinya, apalagi dengan pustakawannya yang sering cemberut daripada sikap menyapanya. Dengan berinternet di rumah, di kantor ataupun di warnet pengguna akan dimanjakan dengan infomasi yang luas, dengan berinternet pengguna bisa menikmati informasi yang kadang tidak ditemukan di perpustakaan. Untuk itu perpustakaan sebagai penyedia jasa informasi perlu melakukan strategi internet, dengan memanfaatkan jasa layanan internet. Namun demikian internet juga memberi kesempatan pada pustakawan dan perpustakaan untuk menjawab kebutuhan informasi. Seperti yang dikemukakan oleh Sullivan :
“A survey undertaken in 2001 found that 71 per cent of internet users expressed frustration when searching the internet and, at that time, it took about 12 minutes, on average, for users to experience ‘search rage’ (Sullivan 2001). Danny Sullivan (2001), editor of SearchEngineWatch, suggests we ‘consider some more “traditional” alternatives. For example, consult an informational professional, such as a librarian.” [12]
Munculnya teknologi baru memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan. Keberadaan internet dapat dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi masalah dunia pendidikan yang kompleks. Menurut Budi Rahardjo dalam artikel tentang Internet Untuk Pendidikan, manfaat internet dapat diuraikan sebagai berikut :[13]
a) Akses ke sumber informasi.
Sebelum adanya Internet, masalah utama yang dihadapi oleh pendidikan (di seluruh dunia) adalah akses kepada sumber informasi. Perpustakaan yang konvensional merupakan sumber informasi yang sayangnya tidak murah. Buku-buku dan journal harus dibeli dengan harga mahal. Pengelolaan yang baik juga tidak mudah. Sehingga akibatnya banyak tempat di berbagai lokasi di dunia (termasuk di dunia Barat) yang tidak memiliki perpustakaan yang lengkap. Adanya Internet memungkinkan mengakses kepada sumber informasi yang mulai tersedia banyak. Dengan kata lain, masalah akses semestinya bukan menjadi masalah lagi. Internet dapat dianggap sebagai sumber informasi yang sangat besar. Bidang apa pun yang anda minati, pasti ada informasi di Internet..
b) Akses ke pakar.
Internet menghilangkan batas ruang dan waktu sehingga memungkinan seorang siswa berkomunikasi dengan pakar di tempat lain.
c) Media kerjasama.
Kolaborasi atau kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat dalam bidang pendidikan dapat terjadi dengan lebih mudah, efisien, dan lebih murah.
Sarana layanan akses internet merupakan suatu keharusan untuk mendorong peningkatan pemanfaatan layanan perpustakaan yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan kualitas dan produktivitas civitas akademika. Didukung dengan penyediaan infrastruktur internet di dalam kampus mampu meningkatkan efisiensi penyediaan layanan akses dan publikasi elektronik disamping fungsi komunikasi dan sistem informasi manajemen. Kolaborasi antara pusat komputer dan perpustakaan sesuai dengan fungsinya masing-masing sebagai penyedia infrastruktur dan muatan, mampu mengembangkan suatu pelayanan informasi berbasis web yang sesuai dengan harapan pengguna (civitas akademika). Kelebihan sarana internet yang tidak mengenal batas geografis juga menjadikan internet sebagai sarana yang ideal untuk melakukan kegiatan belajar jarak jauh, baik melalui kursus tertulis maupun perkuliahan. Tentu saja ini menambah panjang daftar keuntungan bagi mereka yang memang ingin maju dengan memanfaatkan sarana internet.
[1] ”Perpustakaan Digital” 20 juni 2008 <http://encyclopaedia.thefreedictionary.com/digital+library>
[2] “African Digital Library Glossary” . 20 Juni 2008 <http://www.africandl.org.za/glossary.htm >
[3] Waters, Donald J. “What are Digital Libraries?” CLIR Issues Number 4 – July / August 1998. 20 juni 2008 <http://www.clir.org/pubs/issues/issues04.html>
[4] Pendit, Putu Laxman. Perpustakaan Digital : Perspektif perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia. Jakarta : Sagung Seto, 2007. hal. 282-283
[5] “African Digital Library Glossary”. 2002. 20 Juni 2008 <http://www.africandl.org.za/glossary.htm>
[6] Rahardjo, Budi. ”Internet Untuk Pendidikan.” 20 Juni 2008 <http://budi.insan.co.id/articles/internet-pendidikan.doc>
[7]“ Online public access catalog”. 20 Juni 2008 < http://en.wikipedia.org/wiki/OPAC>
[8] Wikipedia, the free encyclopedia. “E-book”. 20 Juni 2008. <http://en.wikipedia.org/wiki/E-book>
[11] Retzlaff. Lothar von. “E-commerce for library promotion and sustainability: how library technicians can market themselves and their library’s services online”. The Australian Library Journal 55. 2 May 2006): p102(29).
[12] Ibid
[13] Rahardjo, Budi. “Internet Untuk Pendidikan”. 20 Juni 2008 <http://budi.insan.co.id/articles/internet-pendidikan.doc>