Skip to content

Author: riah

Don't let yourself be the last to know!!.

SCOPUS SOURCE TITLE (SUBJECT AREA: LANGUAGE)

Publikasi pada jurnal internasional bereputasi sudah menjadi sebuah tuntutan bagi dosen maupun mahasiswa pascasarjana. Untuk terpublikasi pada jurnal internasional bereputasi tidak dapat dilakukan secara cepat. Perlu menelaah apakah jurnal yang akan kita tuju adalah jurnal bereputasi ataukah jurnal predator. Tentu saja diperlukan kemampuan telusur secara online dan analisis terhadap content website jurnal tersebut.

Library Move On: Bangga Menjadi Pustakawan

Library Move On: Bangga Menjadi Pustakawan

 

Riah Wiratningsih

UPT Perpustakaan UNS

Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan-Surakarta

Jawa Tengah

riahwiratningsih@yahoo.com

 

Dipresentasikan pada Seminar Lokakarya dan Workshop Kepustakawanan Nasional Indonesia 2015 Library Move On: Banggan Menjadi Profesional di Dunia Perpustakaan dan Informasi pada tanggal 19-21 Agustus 2015 di Universitas Pendidikan (UPI)-Bandung

Abstract

Someone taking educational options is determined by the interest or pride in a job to be run. How well as working as a librarian? what is the pride of working as a librarian? Through literature study and description of phenomena that exist about the image of librarians, the writer intends to invite librarians to take pride in his/her profession. Library has been transformed from Gutenberg era to Zuckerberg era. The Expertise in provide information literacy and the use of social media is the key in delivering librarians’ value. In this context the librarian has been able to contribute pedagogy. Librarian as a gateway to knowledge, where is information literacy is not just about technology but about pedagogy. This is what makes me proud, this sense of pride stimulate passion to work in the library, wherever I am in the part of library will feel enjoy. So I am proud of what I am. I am a librarian.

Keywords: image of librarians, Gutenberg era to Zuckerberg era, information literacy, pedagogy, passion

 

Abstrak

Pilihan pekerjaan melalui jenjang pendidikan yang ditempuh, diambil berdasarkan ketertarikan atau kebanggaan  seseorang tentang pekerjaan tersebut. Bagaimana halnya dengan bekerja sebagai pustakawan? Di manakah letak kebanggan bekerja sebagai pustakawan? Melalui studi pustaka dan deskripsi fenomena yang ada tentang image  pustakawan  (perguruan tinggi), penulis bermaksud mengajak pustakawan untuk bangga dengan profesinya. Perpustakaan  telah bertransformasi dari  era Gutenberg ke era Zuckerberg. Keahlian memberikan literasi informasi dan pemanfaatan media sosial sebagai jejaring dengan komunitas luar merupakan  “tool” untuk memberikan “nilai” profesi pustakawan. Dalam konteks  ini pustakawan telah mampu memberikan kontribusi pedagogi. Pustakawan sebagai gateway untuk  pengetahuan, dimana literasi informasi bukanlah hanya tentang teknologi tetapi tentang pedagogi. Inilah yang membuat bangga, inilah porsi pustakawan. Dasar kebanggaan ini menjadikan passion bekerja di perpustakaan, dimanapun anda berada di bagian layanan perpustakaan serasa menyenangkan menjadi pustakawan. Saya bangga menjadi pustakawan.

Kata kunci: image pustakawan, era Gutenberg ke era Zuckerberg, literasi informasi, pedagogi, passion

 

Pengantar

Everyone wants a good job, itulah harapan setelah seseorang menempuh pendidikan. Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh, harapannya semakin tinggi pula untuk mendapatkan pekerjaan yang mapan. Definisi mapan bisa dilihat dari sisi penghasilan, fasilitas, kedudukan, dan style. Tidak bisa kita abaikan bahwa bekerja adalah bagian dari hidup, dengan bekerja kita bisa bertahan hidup dan kita bisa menikmati hidup  dengan  adanya keseimbangan antara bekerja, keluarga, sahabat dan waktu pribadi. Apapun profesinya dalam bekerja bukan sekedar mencari penghasilan yang bersifat materialis, maka hidup bisa kita nikmati. Lalu pekerjaan apakah itu? Tidak bisa dipungkiri bahwa gaji menjadi pertimbangan utama dalam mencari pekerjaan, gaji tersebut sebanding dengan profesi dan tanggung jawab dari sebuah pekerjaan tersebut, semakin besar tanggung jawabnya maka semakin tinggi pula gaji yang akan didapat. Bagaimana halnya dengan profesi sebagai pustakawan? Pustakawan  memang belum sepopuler profesi lainnya. Citra publik dari profesi mempunyai peran penting dalam menarik anggota baru dan hal ini sangat  berpengaruh terhadap keberlanjutan profesi tersebut.

Peran Literasi Informasi dalam Pemanfaatan E-Resources di Perguruan Tinggi

Oleh: Riah Wiratningsih[1]

e-mail: riahwiratningsih@yahoo.com

 

[1] Pustakawan UNS

Dipresentasikan dalam Pelatihan Literasi Informasi bagi Mahasiswa Pascasarjana Universitas Diponegoro “Peran Literasi Informasi Guna Pemanfaatan E-Resources” Tanggal 30 April 2015 di UPT Perpustakaan UNDIP

 

Abstrak

Information overload adalah era dimana informasi apapun bisa kita dapatkan di internet. Internet dianggap sebagai solusi dari setiap permasalahan yang ada. Namun pernahkah anda mempertanyakan tentang keaslian, validitas, dan reliabilitas informasi tersebut? Bagaimana untuk mendapatkan informasi yang cepat dan tepat/benar diantara milyaran informasi yang berserakan di internet? Web portal mana yang dapat dipertanggungjawabkan atau sekedar menjebak pencari informasi? Dalam hal ini pencari informasi memerlukan  skill penelusuran dengan menggunakan strategi pencarian yang sesuai untuk mengevaluasi informasi sehingga diperoleh  kebenaran informasi yang dibutuhkan, yaitu melalui literasi informasi. Keterampilan literasi informasi tersebut sebagai dasar dalam penelusuran e-resources melalui mesin pencari di internet atau portal yang disediakan oleh perguruan tinggi. Diharapkan dengan paham literasi informasi akan meningkatkan akses terhadap koleksi e-resources. Investasi yang mahal dalam melanggan database online tidak akan sia-sia dengan optimalnya kebermanfaatan koleksi tersebut sebagi sumber referensi.

 

Kata kunci: information overload, pencari informasi, literasi informasi, e-resources

 

Pengantar

Era informasi di mana saat ini kita berpijak, adalah era yang serba memberikan kita kemudahan dalam mendapatkan dan memanfaatkan informasi.  Internet sebagai media akses informasi keberadaannya semakin dibutuhkan. Melalui internet informasi apapun dapat kita telusur dan menjadi     bagian dari sebuah jawaban dari permasalahan yang sedang kita hadapi atau sebagai referensi dalam pengambilan sebuah keputusan.  Saat ini milyaran informasi tersedia di internet baik berupa data, berita, karya imiah ataupun hiburan, gratis ataupun berbayar. Ada format pdf, word, ppt, html, jpeg, flv, dan lain-lain. Siapapun bisa mengisi content apapun di internet. Informasi yang terunggah di internetpun tanpa filter.  Namun sudahkah kita bijak dalam memilah informasi yang benar dan menggunakannya secara benar? pernahkah anda mempertanyakan tentang keaslian, validitas, dan reliabilitas informasi tersebut? Akan menjadi sebuah hal yang fatal apabila kita salah dalam mendapatkan informasi yang kita telusur melalui internet. Kemudian informasi tersebut kita jadikan sebagai pegangan dalam menjawab permasalahan/pengambilan keputusan dari permasalahan yang kita hadapi.

Literasi Informasi di Perguruan Tinggi (Akses E-Journal UPT Perpustakaan UNS)

Oleh: Riah Wiratningsih1
Makalah disampaikan dalam kegiatan “Workshop Literasi Informasi: Akses E-Journal UPT Perpustakaan
UNS” di Ruang Seminar UPT Perpustakaan UNS, tgl 18 Maret 2015
Abstrak
Literasi informasi adalah seperangkat kemampuan yang memerlukan individu untuk
mengenali kapan informasi dibutuhkan dan memiliki kemampuan untuk menemukan,
mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif.
Melimpahnya informasi melalui berbagai media (internet), menuntut keterampilan
pencari informasi (information seeker) untuk memiliki keterampilan dalam
mendapatkan informasi secara benar dan cepat. Perpustakaan sebagai institusi
pengelola informasi dan sebagai “growing organism” harus dinamis dalam mengikuti
perubahan dan kemajuan TIK dimana pustakawan dituntut untuk proaktif, adaptif, dan
inovatif dalam membangun pembelajar yang mandiri di perguruan tinggi. Salah
satunya adalah melalui user education “how to acces e-journal” sebagai referensi
ilmiah dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi.

Trusted Repository : Sebuah Gagasan Repository Perguruan Tinggi

Oleh:
Riah Wiratningsih
riahwiratningsih@yahoo.com

Dipresentasikan dalam Dialog Ilmiah Perpustakaan (DIP) 4 di STTNAS Yogyakarta pada 26 Maret 2014 [diselenggarakan oleh FPPTI DIY]

Abstrak
Kompleksitas informasi yang berlimpah di media internet, menjadikan pencari informasi dihadapkan dengan pilihan yang beragam, dalam format tanpa filter yang memunculkan pertanyaan tentang keasliannya, validitas , dan reliabilitas. Lebih banyak informasi, lebih banyak pilihan dan bisa memunculkan lebih banyak kebingungan. beberapa pilihan kreatif pustakawan perlu dimunculkan untuk menemukan cara agar perpustakaan tetap exist/tumbuh di era digital. Keahlian pustakawan dalam bidang informasi termasuk keterampilan penelusuran informasi, metadata, manajemen informasi dan pengetahuan menilai keakurasian atau kebenaran sumber informasi sangat diperlukan. Adapun peran yang bisa dilakukan oleh pustakawan dalam pengembangan repository adalah menciptakan trusted repository, melalui: 1) Pengembangan Local Content, 2) Pengembangan Koleksi Cultural Heritage, 3) Academic Library Consortium, 4) Pathfinder by Subject Specialist Librarian. Dengan adanya trusted repository ini akan memberikan kesempatan kepada pustakawan untuk menunjukkan profesionalisme kepustakawannannya.

Kata kunci: era digital, penelusuran informasi, trusted repository, pathfinder, subject specialist librarian

Pendahuluan
Era Teknologi Informasi dan Komunikasi memberikan kemudahan pencari informasi dalam mendapatkan informasi apapun secara mudah dan cepat melalui internet. Dengan mudahnya mereka “berselancar” (googling) diantara milyaran informasi yang tersedia di internet. Mereka menganggap bahwa internet merupakan rujukan informasi yang utama dalam menjawab segala permasalahan. Namun apakah informasi yang didapatkan melalui media internet adalah selalu benar? Pernahkan ketika anda browsing, mengklik link-link dan anda merasa seperti hanya berputar-putar pada halaman yang tak berujung dan tak bertepi? Lebih banyak informasi, lebih banyak pilihan dan bisa memunculkan lebih banyak kebingungan. Contohnya adalah Black Hat SEO, sebuah situs yang mengunakan teknik untuk menarik pengunjung, biasanya setelah masuk pengunjung dibuat bingung dengan informasi yang ada. Situs ini hanya ingin menaikkan rating saja. Sebagai pencari informasi di internet, kita harus memilih dan memilah mana yang sesuai.
Untuk itu perlu keterampilan tersendiri bagi pencari informasi dalam menentukan atau mendapatkan informasi yang benar melalui internet. Namun sudahkah masyarakat kita (pencari informasi) paham akan “wajah” internet? Bisakah pencari informasi mendapatkan informasi secara cepat, mudah, dan benar tanpa harus mengalami penelusuran yang membutuhkan waktu lama dan kebingungan dalam mencari informasi? Beranjak dari gambaran di atas, bukan hal yang tidak mungkin bahwa permasalah tersebut bisa dijawab oleh perpustakaan. Hadirnya world wide web, membawa kemudahan bagi perpustakaan untuk mereproduksi, mendistribusi serta mengakses informasi bagi kebutuhan pengguna. Mengisi content sebuah repository perpustakaan digital adalah jawaban yang tepat dalam menjawab kebutuhan beragam pengguna di era TIK saat ini. Namun sudahkan pustakawan berperan dalam pengembangan content repository perpustakaan di insitusinya, dalam menciptakan trusted repository?

Koleksi Referensi dan Layanan Referensi

Oleh :
Riah Wiratningsih
Pustakawan UPT Perpustakaan UNS-Solo
e-mail: riahwiratningsih@yahoo.com

Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen Perpustakaan untuk Calon Kepala Perpustakan Sekolah, Kerjasama Education Development Center (EDC) UNS dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI)

A. Pengantar
Fungsi utama setiap perpustakaan adalah mengadakan, mengolah, menyediakan dan menyebarkan informasi kepada para pemakai. Untuk melaksanakan fungsi tersebut maka perpustakaan harus mengelola koleksinya sehingga informasi yang terdapat dalam koleksinya dapat dimanfaatkan secara optimal. Perpustakaan bisa dijadikan tempat untuk memperoleh beragam sumber informasi bagi pemustaka yang sedang melakukan penelitian, mengerjakan tugas atau karya ilmiah atau sekedar ingin mendapatkan informasi mengenai berbagai hal. Beragamnya informasi yang tersedia di perpustakaan memerlukan beragam layanan yang harus disediakan. Adapun Pelayanan yang dapat diberikan oleh perpustakaan adalah: pelayanan sirkulasi, pelayanan referensi, pelayanan bimbingan pemakai, pelayanan penelusuran informasi, pelayanan fotokopi, dan sebagainya. Pelayanan tersebut diberikan agar perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan informasi dari penggunanya, dengan tujuan memberikan kepuasan kepada pengguna dalam mendapatkan informasi. Dalam materi ini penulis membatasi pada Pelayanan Referensi