Siapakah remaja? Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2014, menyebutkan bahwa “Remaja adalah kelompok usia 10 tahun sampai berusia 18 tahun”. World Health Organization (WHO) dan United…
AS WE MAY THINK
Siapakah remaja? Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2014, menyebutkan bahwa “Remaja adalah kelompok usia 10 tahun sampai berusia 18 tahun”. World Health Organization (WHO) dan United…
Publikasi pada jurnal internasional bereputasi sudah menjadi sebuah tuntutan bagi dosen maupun mahasiswa pascasarjana. Untuk terpublikasi pada jurnal internasional bereputasi tidak dapat dilakukan secara cepat. Perlu menelaah apakah jurnal yang akan kita tuju adalah jurnal bereputasi ataukah jurnal predator. Tentu saja diperlukan kemampuan telusur secara online dan analisis terhadap content website jurnal tersebut.
Library Move On: Bangga Menjadi Pustakawan
Riah Wiratningsih
UPT Perpustakaan UNS
Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan-Surakarta
Jawa Tengah
Dipresentasikan pada Seminar Lokakarya dan Workshop Kepustakawanan Nasional Indonesia 2015 Library Move On: Banggan Menjadi Profesional di Dunia Perpustakaan dan Informasi pada tanggal 19-21 Agustus 2015 di Universitas Pendidikan (UPI)-Bandung
Abstract
Someone taking educational options is determined by the interest or pride in a job to be run. How well as working as a librarian? what is the pride of working as a librarian? Through literature study and description of phenomena that exist about the image of librarians, the writer intends to invite librarians to take pride in his/her profession. Library has been transformed from Gutenberg era to Zuckerberg era. The Expertise in provide information literacy and the use of social media is the key in delivering librarians’ value. In this context the librarian has been able to contribute pedagogy. Librarian as a gateway to knowledge, where is information literacy is not just about technology but about pedagogy. This is what makes me proud, this sense of pride stimulate passion to work in the library, wherever I am in the part of library will feel enjoy. So I am proud of what I am. I am a librarian.
Keywords: image of librarians, Gutenberg era to Zuckerberg era, information literacy, pedagogy, passion
Abstrak
Pilihan pekerjaan melalui jenjang pendidikan yang ditempuh, diambil berdasarkan ketertarikan atau kebanggaan seseorang tentang pekerjaan tersebut. Bagaimana halnya dengan bekerja sebagai pustakawan? Di manakah letak kebanggan bekerja sebagai pustakawan? Melalui studi pustaka dan deskripsi fenomena yang ada tentang image pustakawan (perguruan tinggi), penulis bermaksud mengajak pustakawan untuk bangga dengan profesinya. Perpustakaan telah bertransformasi dari era Gutenberg ke era Zuckerberg. Keahlian memberikan literasi informasi dan pemanfaatan media sosial sebagai jejaring dengan komunitas luar merupakan “tool” untuk memberikan “nilai” profesi pustakawan. Dalam konteks ini pustakawan telah mampu memberikan kontribusi pedagogi. Pustakawan sebagai gateway untuk pengetahuan, dimana literasi informasi bukanlah hanya tentang teknologi tetapi tentang pedagogi. Inilah yang membuat bangga, inilah porsi pustakawan. Dasar kebanggaan ini menjadikan passion bekerja di perpustakaan, dimanapun anda berada di bagian layanan perpustakaan serasa menyenangkan menjadi pustakawan. Saya bangga menjadi pustakawan.
Kata kunci: image pustakawan, era Gutenberg ke era Zuckerberg, literasi informasi, pedagogi, passion
Pengantar
Everyone wants a good job, itulah harapan setelah seseorang menempuh pendidikan. Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh, harapannya semakin tinggi pula untuk mendapatkan pekerjaan yang mapan. Definisi mapan bisa dilihat dari sisi penghasilan, fasilitas, kedudukan, dan style. Tidak bisa kita abaikan bahwa bekerja adalah bagian dari hidup, dengan bekerja kita bisa bertahan hidup dan kita bisa menikmati hidup dengan adanya keseimbangan antara bekerja, keluarga, sahabat dan waktu pribadi. Apapun profesinya dalam bekerja bukan sekedar mencari penghasilan yang bersifat materialis, maka hidup bisa kita nikmati. Lalu pekerjaan apakah itu? Tidak bisa dipungkiri bahwa gaji menjadi pertimbangan utama dalam mencari pekerjaan, gaji tersebut sebanding dengan profesi dan tanggung jawab dari sebuah pekerjaan tersebut, semakin besar tanggung jawabnya maka semakin tinggi pula gaji yang akan didapat. Bagaimana halnya dengan profesi sebagai pustakawan? Pustakawan memang belum sepopuler profesi lainnya. Citra publik dari profesi mempunyai peran penting dalam menarik anggota baru dan hal ini sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan profesi tersebut.
Abstrak Perguruan tinggi sebagai titik kulminasi dalam proses pendidikan harus menyiapkan lulusannya agar menjadi profesional yang diakui di dunia internasional. Dalam hal ini, dosen sebagai…
Oleh: Riah Wiratningsih Diterbitkan dalam prosiding Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi untuk Net Generation: Tantangan dan Peluang, FPPTI Jawa Timur 7-8 November 2014 Abstrak “Now that…
Oleh:
Riah Wiratningsih
riahwiratningsih@yahoo.com
Dipresentasikan dalam Dialog Ilmiah Perpustakaan (DIP) 4 di STTNAS Yogyakarta pada 26 Maret 2014 [diselenggarakan oleh FPPTI DIY]
Abstrak
Kompleksitas informasi yang berlimpah di media internet, menjadikan pencari informasi dihadapkan dengan pilihan yang beragam, dalam format tanpa filter yang memunculkan pertanyaan tentang keasliannya, validitas , dan reliabilitas. Lebih banyak informasi, lebih banyak pilihan dan bisa memunculkan lebih banyak kebingungan. beberapa pilihan kreatif pustakawan perlu dimunculkan untuk menemukan cara agar perpustakaan tetap exist/tumbuh di era digital. Keahlian pustakawan dalam bidang informasi termasuk keterampilan penelusuran informasi, metadata, manajemen informasi dan pengetahuan menilai keakurasian atau kebenaran sumber informasi sangat diperlukan. Adapun peran yang bisa dilakukan oleh pustakawan dalam pengembangan repository adalah menciptakan trusted repository, melalui: 1) Pengembangan Local Content, 2) Pengembangan Koleksi Cultural Heritage, 3) Academic Library Consortium, 4) Pathfinder by Subject Specialist Librarian. Dengan adanya trusted repository ini akan memberikan kesempatan kepada pustakawan untuk menunjukkan profesionalisme kepustakawannannya.
Kata kunci: era digital, penelusuran informasi, trusted repository, pathfinder, subject specialist librarian
Pendahuluan
Era Teknologi Informasi dan Komunikasi memberikan kemudahan pencari informasi dalam mendapatkan informasi apapun secara mudah dan cepat melalui internet. Dengan mudahnya mereka “berselancar” (googling) diantara milyaran informasi yang tersedia di internet. Mereka menganggap bahwa internet merupakan rujukan informasi yang utama dalam menjawab segala permasalahan. Namun apakah informasi yang didapatkan melalui media internet adalah selalu benar? Pernahkan ketika anda browsing, mengklik link-link dan anda merasa seperti hanya berputar-putar pada halaman yang tak berujung dan tak bertepi? Lebih banyak informasi, lebih banyak pilihan dan bisa memunculkan lebih banyak kebingungan. Contohnya adalah Black Hat SEO, sebuah situs yang mengunakan teknik untuk menarik pengunjung, biasanya setelah masuk pengunjung dibuat bingung dengan informasi yang ada. Situs ini hanya ingin menaikkan rating saja. Sebagai pencari informasi di internet, kita harus memilih dan memilah mana yang sesuai.
Untuk itu perlu keterampilan tersendiri bagi pencari informasi dalam menentukan atau mendapatkan informasi yang benar melalui internet. Namun sudahkah masyarakat kita (pencari informasi) paham akan “wajah” internet? Bisakah pencari informasi mendapatkan informasi secara cepat, mudah, dan benar tanpa harus mengalami penelusuran yang membutuhkan waktu lama dan kebingungan dalam mencari informasi? Beranjak dari gambaran di atas, bukan hal yang tidak mungkin bahwa permasalah tersebut bisa dijawab oleh perpustakaan. Hadirnya world wide web, membawa kemudahan bagi perpustakaan untuk mereproduksi, mendistribusi serta mengakses informasi bagi kebutuhan pengguna. Mengisi content sebuah repository perpustakaan digital adalah jawaban yang tepat dalam menjawab kebutuhan beragam pengguna di era TIK saat ini. Namun sudahkan pustakawan berperan dalam pengembangan content repository perpustakaan di insitusinya, dalam menciptakan trusted repository?
Penelusuran Informasi Berbasis Teknologi Informasi
di UPT Perpustakaan UNS
Oleh
Riah Wiratningsih[1]
[1] Presented in The Workshop Higher Education Administrator Training (HEAT)
Program on Improving Research Excellence On July 6, 2011 Sebelas Maret University 2011
A. Pendahuluan
Pada dasarnya setiap manusia butuh informasi, dengan adanya informasi menjadikan manusia kaya akan pengetahuan baik itu yang bersifat ilmiah maupun sosial. Dari mana kita mendapatkan informasi? Informasi bisa kita dapatkan dari berbagai media baik tercetak maupun elektronik. Selain itu sumber informasi bisa kita dapatkan langsung dari sumbernya atau komunikator. Untuk informasi yang bersifat ilmiah bisa kita dapatkan melalui perpustakaan. Peran perpustakaan dalam memberikan layanan informasi saat ini dituntut untuk berkolaborasi dengan kemajuan teknologi sebagai salah satu bentuk layanan cepat kepada pengguna. Informasi yang disampaikan akhirnya berubah bentuk menjadi informasi elektronik, di mana pengguna bisa langsung memanfaatkan koleksi yang disajikan tanpa harus berada dalam suatu ruangan di perpustakaan. Sebuah paradigma baru, bahwa keberhasilan perpustakaan di era TIK tidak dilihat dari seberapa banyak pengunjung yang datang ke perpustakaan tetapi seberapa banyak akses yang termanfaatkan oleh pengguna akan keberadaan koleksi-koleksi yang disediakan oleh perpustakaan. Perpustakaan adalah pusat pembelajaran (learning center) yang berfungsi sebagai agen perubahan sosial untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan memenuhi kebutuhan informasi masyarakat, yaitu dengan memberikan kontribusi dalam penyebaran informasi ilmiah di bidang pendidikan.
A.Pendahuluan
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur penunjang perguruan tinggi, yang bersama-sama dengan unsur penunjang lainnya, berperan serta dalam melaksanakan tercapainya visi dan misi perguruan tingginya. Sebagai unsur penunjang, perpustakaan seharusnya memiliki proses bisnis yang telah tertata rapi, dapat dilaksanakan dengan mudah, dan hasilnya semakin baik. Era TIK telah memunculkan sebuah perubahan paradigma tentang perpustakaan dari provider needs ke costumer needs yaitu pemberian jasa layanan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. Salah satunya dapat dicapai melalui implementasi the total quality management. Hal ini dapat berhasil dengan dukungan suatu standard operasional untuk penjaminan mutu yang disebut ISO. Ketika suatu unit organisasi layanan publik dinyatakan lulus ISO, itu artinya bahwa manajemen layanan organisasi tersebut telah diakui memiliki kesepadanan dengan manajemen organisasi lainnya yang juga bersertifikasi ISO di negara manapun di dunia. Perlu digaris bawahi di sini bahwa sertifikasi terhadap ISO tidak menjamin kualitas dari barang dan jasa yang dihasilkan. Sertifikasi hanya menyatakan bahwa bisnis proses yang berkualitas dan konsisten dilaksanakan di perusahaan atau organisasi atau perpustakaan tersebut.
Pemanfaatan E-Journal dalam Menumbuhkan Suasana Akademik
di Perguruan Tinggi[1]
oleh
Riah Wiratningsih[2]
____________________________________________________________________________
[1] Pemenang Finalis V dalam Lomba Penulisan Artikel Pustaka Tingkat Nasional, 2011 : “Manfaat dan pemanfaatan E-Journal”
2 Pustakawan UNS–Solo
A. Pendahuluan
Siapa yang tidak butuh informasi apalagi di era TIK saat ini. Informasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap sendi kehidupan masyarakat. Bahkan masyarakat yang tidak dapat membaca pun butuh informasi untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Bagi masyarakat yang melek informasi, tentunya informasi sudah menjadi suatu kebutuhan hidup. Melalui surat kabar, majalah, radio, televisi, dan internet atau melalui teman, kita mendapatkan informasi. Bahkan untuk mendapatkan sebuah informasi, orang berani ‘membeli informasi’ dengan harga yang mahal. Lalu apakah informasi itu? Bagaimana bentuk informasi itu?
Diseminasi Informasi Melalui Media Digital Library Universitas Sebelas Maret Dalam Mendukung Perankingan Webomatrics
(Studi Evaluasi Media Digital Library Universitas Sebelas Maret Tahun 2010)
Drs. Alexius Ibnu Mudrijal, M.Si.
Riah Wiratningsih, S.S., M.Si.
Ardian M. Prastiawan, S.Si.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Evaluasi pengguna/pencari informasi melalui media digital library UNS dilihat dari sisi content, visual identity, dan sistem penelusuran. (2) Kendala-kendala yang ditemui pengguna/pencari informasi dalam melakukan pencarian melalui digital library UNS. (3) Peran digital library UNS dalam mendukung perankingan webomatrics. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis deskriptif evaluatif, yaitu terhadap suatu program yang sudah berjalan (Ex Post Program Evaluation) untuk mengetahui apakah produk berbasis teknologi informasi yang sudah dilayankan UPT Perpustakaan UNS melalui portal digilib.uns.ac.id sesuai dengan keinginan pengguna. Selanjutnya penelitian ini mengajukan saran secara operasional berupa tindakan sebagai usaha untuk memperbaiki dan mengembangkan proses kegiatan selanjutnya.
Dalam proses pengumpulan data penulis menggunakan teknik wawancara, dokumen, dan observasi langsung ke lokasi penelitian. Adapun responden yang berhasil penulis kumpulkan dalam waktu 1 bulan sebanyak 272 responden. Teknik kuisioner melalui media digilib. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa deskripsi data yang telah disusun secara teratur dengan menggunakan pola penelitian induktif yang diolah secara interaktif. Setelah data terkumpul dilakukan proses seleksi data, kemudian data tersebut disajikan secara sistematis sehingga akan lebih mudah dipahami. Dari penyajian data yang telah diolah tersebut diinterpretasikan dan ditarik suatu kesimpulan.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : (1) penilaian pengguna terhadap content bisa dikatakan cukup beragam (77.2%), mampu menyelesaiakn permasalahan dalam meyelesaikan tugas ilmiah sebanyak 80.9%. dari sisi visual identity cukup menarik 73.5%, namun perlu penambahan animasi agar lebih menarik dan pengguna merasa enjoy dan dari sistem penelusuran mempunyai prosentase terbanyak (89.5%). dimungkinkan untuk memberikan alternatif pilihan menu dengan Namun demikian menggunakan boolean Logic (Anvance search). Hal ini perlu ditambahkan mengingat content digilib dipastika akan terus bertambah. (2) Adapun kendala-kendala yang ditemui dalam proses penelusuran melalui media digilib adalah proses download, ditemukan masih ada beberapa dokumen yang terpassword, ada dokumen yang corrup, dan untuk mengetahui jenis dokumen yang akan didowload, sebaiknya perlu dimunculkan ekstensi file. (3) Peran digiilib UNS dalam mendukung webomatric adalah melalui content . content yang aktual, beragam, dan berkualitas akan banyak dirujuk oleh pencari informasi. Hal ini secara langsung akan memberikan tambahan nilai google scholar UNS