Skip to content

Category: library issues

RENCANA PENGEMBANGAN DIGITAL LIBRARY

RENCANA PENGEMBANGAN DIGITAL LIBRARY

UPT PERPUSTAKAAN UNS

(Suatu usulan)

A. Analisis Situasi

Menghadapi era kompetisi informasi sejalan dengan semakin cepatnya perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi (ICT), dunia perpustakaan dihadapkan kepada situasi yang dilematis.  Sebagaimana telah diketahui peringkat webomatrics UNS pada posisi 1617 dunia (http://www.webometrics.info/top100_continent.asp?cont=SE_Asia), merupakan suatu prestasi tersendiri untuk tetap dipertahankan dan diusahakan meraih posisi yang lebih tinggi di kancah persaingan dunia. Indikator penilaian rangking berbasis web ini cukup unik dan memiliki hubungan erat dengan ilmu scientometric dan bibliometric. Terus apa hubungannya dengan perpustakaan? Sudah saatnya UPT Perpustakaan UNS bertransformasi menjadi sebuah lembaga yang memiliki bargain position di tingkat universitas dan selalu terlibat dalam setiap kegiatan penting di lingkungan akademika. Apalagi dalam mendukung world recognized university. Jika ilmu diumpamakan sebagai darah dalam tubuh kita dan tubuh kita merupakan system perguruan tinggi, maka perpustakaan bagi perguruan tinggi tersebut adalah jantung yang melahirkan ilmu kepada anak didik melalui dosen sebagai pembuluh darahnya. Oleh karena itu bila kita menginginkan perguruan tinggi itu sehat maka jantungnya harus dalam keadaan sehat.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini telah terjadi pergeseran orientasi kebutuhan pengguna akan informasi berbasis teknologi (internet). Di era teknologi saat ini pengguna membutuhkan informasi (information needs) secara cepat, tepat, dan mudah melalui internet. adapun jenis informasi yang dibutuhkan saat ini adalah informasi berupa penelusuran sumber-sumber dalam negeri maupun luar negeri berupa fulltext baik jurnal maupun publikasi karya ilmiah mahasiswa dan dosen. Di sinilah peran perpustakaan sebagai lembaga pengelola informasi, mempunyai posisi yang strategis dalam penyediaan bahan pustaka dan informasi, untuk kemudian wajib menyebarkan informasi (edukatif content) secara tepat dan cepat. Tentu saja untuk menuju perpustakaan digital, maka produk-produk perpustakaan harus dilayankan secara elektronik. Dan di sini media internet merupakan sarana yang dapat memberikan layanan informasi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, maupun rekreasi.

Representasi Perpustakaan Masa Depan (Library for all segments)

oleh Riah W

A.Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa banyak perubahan di berbagai bidang. Baik itu corporate maupun lembaga yang bergerak di bidang jasa. Teknologi informasi dan komunikasi merubah aktivitas menjadi cepat, akurat dan fleksibel. Sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat, telah membawa fenomena pergeseran orientasi kebutuhan pengguna akan informasi berbasis teknologi informasi. Lingkungan yang selalu berubah, mempengaruhi gaya hidup pengguna. Hal ini jelas mempengaruhi jenis produk yang diinginkan pengguna. Untuk itu perpustakaan sebagai lembaga yang bergerak di bidang jasa informasi, perlu melakukan inovasi berbasis kebutuhan pengguna informasi. Bila dahulu fungsi perpustakaan lebih berkonsentrasi pada penyediaan informasi dalam bentuk fisik seperti dokumen tercetak dengan dilengkapi sistem katalog kartu, maka kini dengan berkembangnya teknologi informasi perpustakaan dituntut menyediakan sumber-sumber informasi dalam bentuk elektronik. Dengan harapan ke depan penyebaran informasi dapat terakses melalui internet dengan informasi yang realtime (pada saat itu juga), sehingga pengguna akan mendapatkan kepuasan layanan yang beragam secara relevan, akurat, dan cepat. Dengan kata lain right users, right information, right now, and free.

Pustakawan Di Era Teknologi Informasi Dan Komunikasi (New Paradigm )

Pustakawan Di Era Teknologi Informasi Dan Komunikasi

(New Paradigm )[1]

oleh:

Riah Wiratningsih


[1] Pemenang harapan Pertama Lomba Penulisan Karya Ilmiah Bagi Pustakawan Tahun 2009. Published by Media Pustakawan Vol. 16 No. 3 dan 4 Desember 2009

A. Latar Belakang

Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka.[1] Sebagai sebuah institusi, maka keberadaan perpustakaan tidak bisa lepas dari struktur yang membentuknya, yaitu koleksi, tanaga, sarana dan prasarana, dan sumber dana. Koleksi perpustakaan diseleksi, diolah, disimpan, dan dikembangkan sesuai dengan kepentingan pemustaka dengan memperhatikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi dan informasi secara berangsur-angsur menghendaki adanya perubahan dalam pengelolaan perpustakaan. Koleksi tidak lagi dalam bentuk tercetak, namun sudah bergeser pada koleksi non cetak/elektronik, sehingga dalam penanganannya memerlukan sumber daya yang profesional. Demikian pula dalam hal sarana dan prasarana yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik dan non fisik. Kebutuhan fisik meliputi komponen parangkat keras berbasis teknologi informasi, yaitu komponen input, komponen output, komponen pengolah untuk melakukan pengolahan data, dan komponen elektronik digital. Perangkat keras lainnya yang diperlukan adalah jaringan intranet dan internet. Kebutuhan non fisik meliputi perangkat lunak mencakup sekumpulan aturan untuk kelangsungan aktivitas sistem informasi, program aplikasi komputer, program pengembangan, dan program sistem operasi. Tidak bisa dipungkiri semua ini akan bisa berjalan jika didukung dengan adanya dana. Isu pendanaan untuk suatu teknologi baru selalu menjadi masalah bagi perpustakaan. Hal ini juga terjadi pada masa lalu sewaktu pengembangan automasi perpustakaan. Tetapi sekarang infrastruktur TI sudah menjadi salah satu unit dalam pembiayaan perpustakaan. Perpustakaan sebenarnya tidak perlu mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk penyediaan atau pembuatan informasi elektronik. Biaya untuk itu dapat disubsitusikan dengan biaya penyediaan informasi cetak.

‘Pengindeksan’ Model Vektor dan Clustering

Ditulis oleh putubuku di/pada April 3, 2008

Dalam teori  pengindeksan dan information retrieval, dikenal adanya model klasik. Model ini menganggap bahwa setiap dokumen dapat digambarkan dengan, atau diwakili oleh, serangkaian katakunci yang disebut sebagai indeks (index). Kata atau istilah yang digunakan sebagai indeks (index terms) pada dasarnya adalah kata yang diambil dari dokumen, maupun yang ditentukan dari luar dokumen,  yang secara semantik dapat membantu manusia mengetahui tema utama sebuah dokumen. Pada umumnya indeks adalah kata-benda, sebab kata-benda memiliki arti pada dirinya sendiri, sehingga secara semantik  lebih mudah dikenali dan diartikan.

kua(Nt/L)itatif

sumber: http://iperpin.wordpress.com/kuantlitatif/

kua(Nt/L)itatif

Ada 2 artikel (tentang penelitian kuantitatif-kualitatif dan sitasi) menarik bagi anda-anda terutama pustakawan, diharapkan dengan membaca artikel di bawah ini akan membuka wawasan dan bisa membantu pengguna perpustakaan dalam menyelesaikan penelitiannya serta memahami arti pentingnya mencantumkan kutipan pada karyanya. Sebabmasih banyak mahasiswa yang belum tahu pentingnyamengutip dan bagaimana etika dalam mengutip, (ada pada blogroll blog ini) yang tentu saja mahasiswa butuh jawaban yang berkualitas melalui karya orang lain. Apalagi banyak tugas yang sifatnya online, jadi sudah merupakan hal yang biasa tugas dikumpulkan via elektronik. So peran pustakawan sebagai pendamping pendidik ada benarnya. Artikel ini saya ambil dari http://iperpin.wordpress.com/

Step Forward Central Library of Sebelas Maret University : A Suggestion

By

Riah Wiratnigsih

Ø Ringkasan Eksekutif

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan pada perpustakaan sebagai pengelola informasi tertua. Perpustakaan sebagai lembaga yang bergerak dalam pengorganisasian dan pengemasan informasi tidak bisa lepas dari keberadaan teknologi informasi. Melimpahnya informasi dalam berbagai jenis maupun bentuk media, mengharuskan perpustakaan untuk melakukan perubahan baik dalam pola layanan maupun peranan sebagai mediator, fasilitator, dan pendamping pendidik.

UPT Perpustakaan UNS sebagai lembaga pengelola informasi, harus menjadi perpustkaan yang adaptif terhadap perubahan tersebut. Layaknya perusahaan komersial, perpustakaan harus adaptif pula menjawab perubahan kebutuhan pemakainya, dengan mengeluarkan produk dan layanan yang dibutuhkan oleh pengguna. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang begitu cepat, telah menjadikan fenomena pergeseran orientasi kebutuhan pengguna akan informasi berbasis teknologi informasi. Untuk itu perlu dilakukan inovasi berbasis kebutuhan pemakai pada saat ini. Pengemasan informasi berbasis teknologi informasi adalah salah satu bentuk yang dapat dipakai oleh UPT Perpustakaan UNS sebagai bentuk inovasi menjawab kebutuhan pemakai informasi saat ini. Menjadi tugas perpustakaan bagaimana mengkomunikasikan kepada civitas akademika bahwa perpustakaan sudah (dan akan terus mengembangkan) menerapkan teknologi informasi dalam memberikan berbagai layanan berbasis web kepada pengguna. Bagaimanapun perpustakaan harus berpartisipasi aktif dalam siklus pengetahuan, harus menjadi mitra bagi pengguna (kemitraan antara pustakawan, mahasiswa dan dosen) dalam bidang pengembangan akademik.

Renstra UPT Perpustakaan UNS : Suatu Usulan

===============================================

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, landasan dan tujuan penyusunan rencana strategis UPT Perpustakaan UNS Tahun 2009-2013, dalam mendukung terwujudnya World Recognized University. Hal ini dilakukan seiring tuntutan kebutuhan stakeholders yang semakin beragam dan komplek sebagai dampak dari perkembangan TI. Usulan renstra ini diharapkan bisa menjadi acuan action dimasa yang akan datang.

 

A. Latar Belakang

 

Menghadapi era kompetisi informasi sejalan dengan semakin cepatnya perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi (ICT), dunia perpustakaan dihadapkan kepada situasi yang dilematis.  Sebagaimana telah diketahui peringkat webomatrics UNS pada posisi 2159 dunia, merupakan suatu prestasi tersendiri untuk tetap dipertahankan dan diusahakan meraih posisi yang lebih tinggi di kancah persaingan dunia. Indikator penilaian rangking berbasis web ini cukup unik dan memiliki hubungan erat dengan ilmu scientometric dan bibliometric. Terus apa hubungannya dengan perpustakaan? Perpustakaan sebagai lembaga pengelola informasi, mempunyai posisi yang strategis dalam penyediaan bahan pustaka dan informasi, untuk kemudian wajib menyebarkan informasi (edukatif content) secara tepat dan cepat. Salah satu fasilitas yang ada, seperti Internet merupakan alternatif yang dapat memberikan layanan informasi baik berupa artikel-artikel lepas atau katalog-katalog perpustakaan online yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, maupun rekereasi. Namun di lain pihak, kesiapan sumber daya manusia dan penunjang pokok lainnya pada perpustakaan belum bisa mengambil semua manfaat teknologi yang semakin lama semakin berkembang ini.

Perpustakaan UNS On The Move

Melihat peringkat webomatrics UNS yang naik pesat pada posisi 2159 dari posisi 4681 dunia, merupakan suatu prestasi tersendiri. Hal ini tidak terlepas dari peran perpustakaan, di mana keberadaan Perpustakaan Perguruan Tinggi sebagai suatu lembaga edukatif wajib menyebarkan informasi (edukatif content) secara tepat dan cepat. Perpustakaan saat ini baru menyumbangkan 7,3% dan diharapkan untuk kedepannya selalu naik. Tahun 2009 peran perpustakawan diharapkan mampu menyumbangkan diri dalam mengelola dan mendiseminasikan informasi secara online (digital library). Di sini peran perpustakaan perlu dimaksimalkan, salah satunya melalui penerapan Perpustakaan Digital (Digital Library). Kita akui dengan jujur bahwa UPT Perpustakaan UNS sudah mulai “mengarah” ke perpustakaan digital, belum 100% dikategorikan perpustakaan digital karena belum memenuhi kriteria Perpustakaan Digital. Perpustakaan digital mereposisi peran faktor where, when, who dan how.

Strategy Of Information-Technology-Based Product Packaging At Sebelas Maret University’s Central Library Surakarta

ABSTRACT

Riah Wiratningsih.
Thesis: Postgraduate Program of Sebelas Maret University Surakarta.

The fast development of science and technology has brought a phenomenon of users needs orientation shift to information-technology-based information. Thus, it is necessary to do an information-users-needs-based innovation. Information packaging is a kind of innovation used by Sebelas Maret University’s central library to answer users’ recent needs of information. For this reason, strategy of information packaging becomes important in order to make users experience a significant improvement that is appropriate to recent development of science and technology.
The research focuses on the strategy of information-technology-based product packaging. It aims at (1) finding the process of planning, organizing, implementing, and evaluating of that strategy carried out by Sebelas Maret University’s central library; (2) finding kind of information-technology-based product promotion used by Sebelas Maret University’s central library; (3) finding the result of users’ and stakeholders’ evaluation on strategy of information-technology-based product packaging carried out by Sebelas Maret University’s central library.

Pustakawan di Era Globalisasi

Pendahuluan
Globalisasi informasi merupakan proses yang berlangsung paling cepat karena kemajuan teknologi media cetak dan elektronik, komputerisasi, sistem digital, dan sebagainya. Perkembangan globalisasi sebagai hasil dari perkawinan kepentingan ekonomi dan kemajuan teknologi membawa pada banyak persoalan, salah satunya mengenai nasib institusi pendidikan. Di mana dunia pendidikan tidak terlepas dari peran perpustakaan. Hal ini sesuai dengan UU No.2 tahun 1999 tentang Pendidikan Nasional bahwa salah satu sarana untuk mecerdaskan bangsa adalah dibentuk suatu perpustakaan di tiap tingkat sekolah (dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi). Laju kemajuan teknologi informasi telah menggempur dinding-dinding sekolah/kampus, menawarkan keterbukaan baru dalam mendapatkan pengetahuan. Bidang pembangunan infrastruktur jaringan teknologi informasi seperti internet dan intranet mempercepat arus informasi yang beragam. Pembangunan server intranet sebagai salah satu bagian pembangunan infrastruktur teknologi informasi sangat dibutuhkan untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat menjelang era globalisasi.