Skip to content

Representasi Perpustakaan Masa Depan (Library for all segments)

oleh Riah W

A.Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa banyak perubahan di berbagai bidang. Baik itu corporate maupun lembaga yang bergerak di bidang jasa. Teknologi informasi dan komunikasi merubah aktivitas menjadi cepat, akurat dan fleksibel. Sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat, telah membawa fenomena pergeseran orientasi kebutuhan pengguna akan informasi berbasis teknologi informasi. Lingkungan yang selalu berubah, mempengaruhi gaya hidup pengguna. Hal ini jelas mempengaruhi jenis produk yang diinginkan pengguna. Untuk itu perpustakaan sebagai lembaga yang bergerak di bidang jasa informasi, perlu melakukan inovasi berbasis kebutuhan pengguna informasi. Bila dahulu fungsi perpustakaan lebih berkonsentrasi pada penyediaan informasi dalam bentuk fisik seperti dokumen tercetak dengan dilengkapi sistem katalog kartu, maka kini dengan berkembangnya teknologi informasi perpustakaan dituntut menyediakan sumber-sumber informasi dalam bentuk elektronik. Dengan harapan ke depan penyebaran informasi dapat terakses melalui internet dengan informasi yang realtime (pada saat itu juga), sehingga pengguna akan mendapatkan kepuasan layanan yang beragam secara relevan, akurat, dan cepat. Dengan kata lain right users, right information, right now, and free.

Namun saat ini belum semua lapisan pengguna perpustakaan merasakan kemudahan dan kenyamanan dalam mendapatkan informasi. Apalagi informasi yang diperoleh secara gratis. Jangankan gratis, bahkan untuk mendapat informasi harus ditempuh dengan cara berbelit dan masih harus membayar. Sangat tidak adil bagi pengguna/konsumen tidak terinformasi, yaitu yang kurang berpendidikan dan berada dalam status sosial menengah ke bawah. Di sinilah kunci peran pustakawan/pengelola perpustakaan Indonesia sebagai pengelola informasi dalam membawa nasib perpustakaan ke era milenium/yang akan datang. Di luar negeri open publication fulltext karya ilmiah merupakan hal yang sangat wajar ditemui. Hal ini sangat berbeda dengan kondisi perpustakaan di dalam negeri. Banyak perpustakaan di Indonesia yang tidak/belum berani mempublish fulltext koleksinya, terutama karya ilmiah. Masih ada perbedaan persepsi yang mengarah pada pro dan kontra diantara para pengambil kebijakan di universitas. Memang ini semua kembali ke sikap rasional dan kebijakan yang dianut oleh masing-masing universitas/perpustakaan. Appreciate bagi perpustakaan yang telah mampu mengatasi permasalahan ini dengan menyajikan informasi bagi semua lapisan masyarakat secara mudah dan gratis (sebagai pelopor sebagian perpustakaan swasta di Indonesia) yaitu pemanfaatan teknologi dengan cara kreatif sehingga menghasilkan produk (informasi) yang bermanfaat. Demi tercapai perpustakaan yang berwawasan teknologi yang memihak kapada semua lapisan segmen, itulah perpustakaan pada generasi millennium/yang akan datang

B. Permasalahan

Bagaimana informasi dilayankan untuk kepuasan semua segmen? Akrabkah kita dengan istilah-istilah e-Commerce, e-Banking, e-Learning, e-Government, e-Mail dan sebagainya. Huruf “E” disini mengacu pada kata “Electronic”. Bagaimana dengan e-Library, e-Books, e-Journal, e-bibliografi (OPAC) ? saat ini segala macam informasi bisa kita dapatkan hanya dengan sekali ”klik” melalui huruf ”E” tersebut. Halaman demi halaman kertas akan berubah wajah ke format digital. Melalui kemasan informasi berbasis web terciptalah apa yang disebut sebagai perpustakaan elektronik, perpustakaan digital, perpustakaan virtual, perpustakaan maya yang mana pada intinya di sini pengguna bisa mendapatkan informasi melalui web, (wujud bangunan tidak lagi penting). Perpustakaan haruslah bisa menjembatani kebutuhan bacaan yang bagus dan berkualitas dengan target memberikan kepuasan membaca bagi para professional, mahasiswa dan masyarakat umum secara gratis.

C. Analisis

Menurut Lasa Hs, Perpustakaan merupakan sistem informasi yang didalamnya terdapat aktivitas pengumpulan, pengolahan, pengawetan, pelestarian dan penyajian, serta diseminasi informasi. Informasi meliputi produk intelektual dan artistik manusia.[1] Pengertian ini didasarkan pada pemikiran bahwa perpustakaan sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang ilmu pengetahuan dan informasi yang selalu berkembang seirama dengan perkembangan pemikiran dan kultur masyarakatnya. Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan termasuk ilmu perpustakaan dan informasi, secara berangsur-angsur menghendaki adanya perubahan dalam pengelolaan perpustakaan. Perpustakaan tidak hanya sebagai lembaga yang mengumpul, mengelola, menyimpan, dan melestarikan bahan pustaka, tetapi lebih mengutamakan pada penyebaran informasi (dissemination of information).

Kehidupan masyarakat modern tidak bisa terlepas dari teknologi, oleh karena itulah perpustakaan dalam memenuhi tuntutan pengguna dalam mendapatkan informasi secara cepat, tepat, dan mudah perlu membangun suatu instrumen yang berbasis teknologi. Salah satu bentuknya adalah membangun perpustakaan digital. Sebuah unsur yang mengabungkan antara perpustakan dan teknologi digital, perpustakaan identik dengan khasanah keilmuannya yang terekam dalam bentuk tulisan, sedangkan digital adalah teknologi untuk merekam keilmuan tersebut dalam bentuk digital atau file dan mudah disharing dengan pengguna lain.

Menurut Glossary yang dikeluarkan oleh African Digital Library, yang dimaksud dengan koleksi digital adalah:[2]

“This is an electronic Internet based collection of information that is normally found in hard copy, but converted to a computer compatible format. Digital books seemed somewhat slow to gain popularity, possible because of the quality of many computer screens and the relatively short ‘life’ of the Internet. …”

Berdasarkan Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, menyebutkan :[3]

”Perpustakaan digital (Inggris: digital library atau electronic library atau virtual library) adalah perpustakaan yang mempunyai koleksi buku sebagian besar dalam bentuk format digital dan yang bisa diakses dengan komputer. Jenis perpustakaan ini berbeda dengan jenis perpustakaan konvensional yang berupa kumpulan buku tercetak, film mikro (microform dan microfiche), ataupun kumpulan kaset audio, video, dll. Isi dari perpustakaan digital berada dalam suatu komputer server yang bisa ditempatkan secara lokal, maupun di lokasi yang jauh, namun dapat diakses dengan cepat dan mudah lewat jaringan komputer.”

Menurut Donald J. Waters mendefinisikan perpustakaan digital adalah : [4]

“Digital libraries are organizations that provide the resources, including the specialized staff, to select, structure, offer intellectual access to, interpret, distribute, preserve the integrity of, and ensure the persistence over time of collections of digital works so that they are readily and economically available for use by a defined community or set of communities.”

Singkatnya koleksi digital sebenarnya dapat dipahami sebagai koleksi informasi dalam bentuk elektronik atau digital yang mungkin terdapat juga dalam koleksi cetak, yang dapat diakses secara luas menggunakan media komputer dan sejenisnya. Koleksi digital disini dapat bermacam-macam, dapat berupa buku elektronik, jurnal elektronik, database online, statistic elektronik, dan lain sebagainya. Setiap perpustakaan harus menyadari bahwa digitalisasi di perpustakaan adalah untuk meningkatkan kualitas jasa, bukan sebagai penambahan jumlah atau pembaharuan (modernisasi) peralatan saja.

Sebagai contoh perpustakaan pribadi, adalah perpustakaan milik Eddy Budianto, pengelola MLC Library di Jakarta. Ia menggagas sebuah perpustakaan virtual yang diperuntukkan bagi masyarakat umum. Buku-buku yang tersedia adalah koleksi pribadi, kemudian ditampilkan melalui website sehingga dapat diakses oleh berbagai kalangan. Operasional usaha dijalankan hanya berdasarkan hubungan internet, dan setiap order masuk akan diproses melalui email maupun lewat telepon. Namun sayangnya hanya masyarakat terionformasi, yatu masyarakat berpendidikan dan termasuk dalam status sosial menengah ke atas saja yang mampu memanfaatkan layanan ini.

Untuk perpustakaan perguruan tinggi, open publication fulltext karya ilmiah baik mahasiswa, dosen maupun praktisi di era informasi saat ini sangat dibutuhkan oleh pengguna informasi. Sungguh tidak adil jika penulis suatu karya ilmiah mendapat gelar dari hasil penelitiannya, tapi obyek tulisannya terkurung. Menurut pengalaman penulis, sebagai pustakawan sebuah perguruan tinggi, saat ini banyak pencari informasi (information seeker) membutuhkan informasi secara fulltext. Abstrak tidak memberikan kepuasan dalam menjelajah informasi secara detail. Untuk itu salah satu upaya yang telah dilakukan adalah me-redesign dan rebranding wadah yang sudah ada (digilib.uns.ac.id) untuk dikembangkan sesuai dengan permintaan pengguna saat ini dengan memperhatikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini dilakukan untuk meraih posisi produk (product positioning). Setelah produk kami lemparkan ke pasar, yaitu fulltext grey literature UNS. Hasilnya banyak e-mail yang masuk ke kami dan terjadilah komunikasi maya antara librarian dan user. Mereka puas, kami senang. Informasi kami sajikan free (baca:gratis) untuk semua segmen. Dengan kata lain upaya ini bertujuan untuk mencapai kredibilitas produk dan jasa di mata pengguna. Kredibilitas adalah kunci bagi keseluruhan proses mencapai posisi pasar (market positioning). Kredibilitas ini diperoleh pada saat produk dilemparkan ke kancah pasar dan dianggap oleh pengguna mampu mengatasi permasalahan atau kesulitan yang mereka hadapi. Dalam hal ini perpustakaan masih perlu banyak berbenah dengan memperkaya content dari berbagai sumber dan berbagai disiplin ilmu untuk melayani kebutuhan masyarakat yang beragam (segmen tak terbatas). Dengan kata lain kami baru menduduki pada level posisi pasar setelah kami memperbaiki posisi produk. Kedepannya kami akan menuju pada posisi organisasi, dimana sangat ditentukan oleh keberhasilan manajemen dalam mengelola perpustakaan.

Apa yang telah kami lakukan di atas, secara tidak langsung kami telah mempromosikan diri di dunia luar. Bagaimana kami bisa dikenal dunia luar jika kami tidak membuka dan memperkenalkan diri? Take and give juga berlaku untuk produk berupa informasi. Perpustakaan bisa memperoleh sesuatu (take) dengan terlebih dahulu memberi sesuatu (give). Jadi perpustakaan sebagai lembaga penyedia informasi saat ini diwajibkan untuk share and spread informasi yang dimilikinya.

Dahsyatnya lagi hal ini membawa dampak dalam perankingan webomatrics. Melalui indicator scholarship di mana hasil penelitian digunakan sebagai referensi oleh pengguna dari luar. Jangan takut dengan plagiarism, justru dengan open publish fulltext, kontrol akan lebih mudah dilakukan. Keorisinilan/plagiatisme sebuah karya ilmiah dapat diketahui dengan cepat. Dengan sendirinya fenomena ini akan mendorong mahasiswa/peneliti dan dosen pembimbing menjadi “aware” dalam mencipta sebuah karya yang akhirnya akan bermuara ke sebuah karya ilmiah yang berkualitas (memperoleh referensi berkecukupan dan representative).

Perkembangan TIK mengakibatkan semua bidang pekerjaan perpustakaan terutama perpustakaan perguruan tinggi tidak ada lagi yang tidak mendapat sentuhan ”keajaiban” teknologi. Internet telah mengubah dunia informasi tanpa banyak formalitas. Teknologi informasi ini memberikan kemudahan luar biasa kepada pengguna/pemustaka untuk mengakses informasi lintas batas. Namun Munculnya internet membawa dampak pada perpustakaan sebagai ancaman, bahkan bisa menggeser kedudukan perpustakaan. Menurut Allen and Retzlaff mengatakan bahwa : [5]

“Libraries are threatened because, in social terms, the internet might seem to render them less relevant. At the same time, the technologies of information brought to life in the internet make libraries so much more extensive that their relevance has never seemed more obvious.”

Keberadaan internet akan menggeser perpustakaan karena internet lebih memberi kemudahan kepada pengguna daripada harus ke perpustakaan yang pasti akan dihadapkan dengan segala peraturan dan birokrasi. Dengan berinternet di rumah ataupun di kantor pengguna akan dimanjakan dengan infomasi yang luas, dengan berinternet pengguna bisa menikmati informasi yang kadang tidak ditemukan di perpustakaan. Untuk itu perpustakaan sebagai penyedia jasa informasi harus menyediakan jasa layanan internet (internet di perpustakaan baik melalui jaringan atau hotspot). Sehingga mahasiswa akan dimanjakan dengan segala macam literatur yang dibutuhkan ketika berada dalam gedung perpustakaan. Dilengkapi dengan fasilitas penelusuran informasi (layanan CD ROM, OPAC, database online), ruang multimedia, ruang internet, ruang koleksi tercetak (hybrid library). Dan semua informasi bisa didapat dengan mudah dan gratis. Kenyamanan dan kepuasan dalam proses pencarian informasi akan menciptakan sebuah karya yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan.

C. Penutup

Perpustakaan masa depan mampu mengubah masyarakat kita menjadi masyarakat yang mampu untuk melakukan upload sehingga melahirkan masyarakat pencipta, bukan masyarakat pengkonsumsi yang suka mendowload dan copy paste. Dengan teknologi informasi dan tentunya kampanye anti plagiatism, kiranya harapan ini dapat menjadi kenyataan dalam merubah konsep perpustakaan konvensional menuju perpustakaan yang berwawasan teknologi. Perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh semua khalayak luas tanpa terkecuali sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Perubahan tidak selalu membawa kemajuan. Tetapi kemajuan selalu membutuhkan perubahan.

Daftar Pustaka

“African Digital Library Glossary” . 20 Juni 2008 <http://www.africandl.org.za/glossary.htm >

Donald J. Waters “What are Digital Libraries?” CLIR Issues Number 4 – July / August 1998.

20 Juni 2008 <http://www.clir.org/pubs/issues/issues04.html>

Lasa Hs. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta : Gama Media, 2005.

Lothar von Retzlaff. E-commerce for library promotion and sustainability: how library technicians can market themselves and their library’s services online. The Australian Library Journal 55. 2 May 2006):  p102(29).

”Perpustakaan Digital” 20 juni 200 <http://encyclopaedia.thefreedictionary.com/digital+library>


[1] Lasa Hs. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta : Gama Media, 2005. hal. 48

[2] “African Digital Library Glossary” . 20 Juni 2008 <http://www.africandl.org.za/glossary.htm >

[3] ”Perpustakaan Digital” 20 juni 2008 <http://encyclopaedia.thefreedictionary.com/digital+library>

[4] Donald J. Waters “What are Digital Libraries?” CLIR Issues Number 4 – July / August 1998. 20 juni 2008

<http://www.clir.org/pubs/issues/issues04.html>

[5] Lothar von Retzlaff. E-commerce for library promotion and sustainability: how library technicians can market themselves and their library’s services online. The Australian Library Journal 55. 2 May 2006):  p102(29).

Published inlibrary issues