Skip to content

REMAJA (GEN Z), BUKU, DAN PERPUSTAKAAN

Siapakah remaja?

Peraturan Menteri Kesehatan  tahun 2014, menyebutkan bahwa “Remaja adalah kelompok usia 10 tahun sampai berusia 18 tahun”. World Health Organization (WHO) dan United Nations (PBB) menyatakan remaja adalah usia 15-24.  Pada usia remaja,  mereka  berada di masa transisi antara masa anak-anak menuju dewasa.  Remaja adalah masa pencarian identitas diri, rasa keingintahuan yang tinggi. Namun mereka rentan terhadap berbagai persoalan  atau labil. Hal ini dikarenakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja dan menuju dewasa.

Berbicara tentang siapakah remaja saat ini, Saat ini mereka masuk kategori sebagai generasi Z, generasi yang sangat dekat dengan teknologi informasi. Mereka lahir di generasi internet, mereka mengenal dunia melalui smartphone dan media sosial. Mereka lebih banyak berinteraksi melalui jejaring sosial seperti instagram, whatsapp, telegram, facebook, twitter, line. Mereka juga multitasking terbiasa dengan berbagai aktivitas dalam satu waktu bersamaan. Mengenal dan memahami generasi Z adalah mengenal dan memahami remaja saat ini. Demikian halnya ketika remaja mencari informasi, mereka dengan cepat akan menelusur ke jejaring sosial. Komunikasi informasi melalui platform media sosial merupakan sumber utama generasi Z dalam mendapatkan informasi baru. Mereka mencari informasi melalui orang-orang yang mereka kenal atau yang diikuti (follow). Remaja saat ini jarang melihat TV, mendengarkan berita, membaca koran, juga jarang membaca buku. Hal ini harus kita sadari dan sikapi dengan bijak karena mereka lahir di era teknologi, dimana kemudahan kebutuhan informasi  tersedia dengan cepat dan mudah.

Menumbuhkan remaja gen Z mengenal buku dan perpustakaan

Masihkan perpustakaan diminati oleh remaja? Perpustakaan seperti apa yang mereka inginkan? Berbicara tentang perpustakaan dan remaja (gen Z) memerlukan adaptasi agar perpustakaan seirama dengan kebutuhan remaja (gen Z). Gaya kekinian mereka dalam mencari tempat nongki (berkumpul dengan teman di suatu tempat) dan mencari sumber informasi perlu diterapkan oleh perpustakaan.  Pustakawan mampu menjadi media sosial strategis untuk mempengaruhi remaja datang ke perpustakaan. Bagaimana caranya? Perpustakaan mengikuti gaya remaja dalam berkomunikasi, yaitu melalui media sosial. Melalui akun medsos, pustakawan memposting spot-spot bagus di perpustakaan untuk tempat nongki mereka. Perpustakaan yang nyaman, sejuk, free wifi, santai, dan tidak banyak rules. Sediakan tempat untuk lesehan, tiduran, sampai tempat untuk diskusi serius. Tambahkan ruangan co-working space dengan desain interior yang diperuntukkan sesui kebutuhan (unik) sebagai tempat bertemunya beberapa komunitas, masyarakat, teman untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan, membahas tugas ilmiah, project sekolah, dan lain-lain sesuai kebutuhan.

Bagaimana dengan koleksi? Isi koleksi-koleksi buku terbaru dan aktivitas-aktivitas perpustakaan yang kekinian. Unggah semua hal yang menarik tentang perpustakaan di akun (medsos) perpustakaan. Harapannya komunikasi melalui media sosial ini bisa sebagai alat agar remaja memiliki perhatian kemudian tertarik dan akhirnya datang ke perpustakaan untuk sekedar berwifi, berfoto dan berkelanjutan mengunakan koleksi yang disediakan baik koleksi cetak maupun koleksi digital.

Closing Statement

Remaja, ayo berinspirasi dengan menulis ringan apapun ide kamu. Melalui menulis ada sebuah proses membaca dimana untuk medapatkan bacaan kita membutuhkan peran perpustakaan baik tradisonal maupun digital. Menulis adalah mengekspresikan pikiran, pikiran yang inspiratif tentunya akan merubah kehidupan menjadi lebih baik. Untuk generasi emas 2045, mulai sekarang membacalah dan kunjungi perpustakaan (tradisional/digital).

Tulisan ringan ini disampaikan dalam: Talkshow Literasi: Remaja, Buku dan Perpustakaan yang diselenggarakan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Karanganyar. Selasa, 1 Nopember 2022

Penulis,

Riah Wiratningsih

Pustakawan

Published inlibrary issues